Ini adalah kisah nyata yang saya alami pada saat berziarah ke makam ayah, di pekuburan kober (tanah wakaf) di daerah Kelurahan Tengah Jakarta Timur. Saya menceritakan ini dengan maksud agar dapat diambil hikmahnya oleh para pembaca.
Satu hari menjelang bulan puasa yang baru lewat, sebagaimana kebiasaan umat islam, saya melakukan ziarah ke makam ayah saya, beliau wafat di Hari Jum’at pertengahan bulan ramadhan tahun 1992 jadi sudah sekitar 22 tahun beliau meninggal. Walaupun rutin berdoa untuk kedua orang tua, saya akui, saya jarang berziarah ke makam beliau. Kecuali bila ada keperluan tertentu atau bila memang saya kangen dengan beliau, baru saya pergi berziarah.
Beberapa hari sebelum saya pergi ziarah, saya sempat heran dengan kedua mertua saya terutama ibu mertua yang belum pernah pergi ziarah ke makam orang tuanya dan ini saya bicarakan dengan istri saya. Sehingga saya katakan ke istri saya, “kok menguburin orang (maksudnya orang tua) kayak ngebuang bangke sih. Gak pernah ditengok.” Kemudian istri saya bilang,” Yang penting kan doanya.” Saya bilang lagi ke dia,”betul doa itu penting tapi ziarah kubur juga kan diperintahkan oleh Nabi saw, kuburan itu kan lambang orang tua kita, gak ditengok-tengok ntar kuburannya hilang, gimana?” istri saya Cuma bilang,”gak tau deh.” Selesai pembicaraan, berhari-hari timbul pertanyaan di dalam diri saya, selain doa yang kita panjatkan, sebenarnya apa manfaat lain bagi ahli kubur jika kita berziarah ke makamnya.
Kembali kepada saat saya berziarah, saya berangkat bersama dengan istri dan anak saya, begitu sampai di pintu makam saya mengucapkan salam kepada seluruh ahli kubur. Kemudian saya berjalan menuju makam ayah saya, begitu sampai di depan makam, setelah mengucapkan salam, Subhanallah! Demi Allah, saya melihat ayah saya sedang duduk bersila di atas makam, sambil tersenyum (terlihat di wajahnya beliau begitu bahagia) beliau menengok kepada hamparan kuburan sambil berteriak,”wooy orang-orang,orang-orang-maksudnya ahli kubur yang ada situ- lihat nih,anakku datang, anakku datang menengok!” Sampai di situ, saya limbung, tidak kuat menahan rasa haru dan rasa berdosa karena saya jarang berziarah. Saya menguatkan diri, air mata saya tahan, saya takut istri jadi panik. Kemudian Saya membaca tahlil untuk ayah lalu berdoa, setelah membersihkan makam, saya pamit pulang kepada ayah saya.
Berhari-hari, masih terbayang kejadian itu, saya berfikir barangkali Allah SWT. menjawab pertanyaan saya dengan membuka sedikit rahasia-Nya. Saya tidak berkomentar banyak, silahkan para pembaca mengambil hikmah dan pelajaran dari kejadian yang saya alami ini.
0 Response to " Kisah Ziarah ke Makam Bapak "
Posting Komentar