Entah takdir seperti apa yang telah menyentuh hatiku untuk jatuh padamu. Yang aku tahu, saat mataku terpejam dan melipat tangan, saat aku berada dalam keadaan paling intim dengan Tuhan, namamu tak pernah berhenti terucap dari bibirku. Berharap sudikah kiranya Tuhan mempersatukan hati yang jatuh bersamaan tanpa memandang apa itu perbedaan. Aku mencintaimu setulus mentari memulai pagi. seindah pelangi yang datang setelah hujan berhenti. Tahukah kamu apa yang paling menarik dari mereka?
Matahari selalu membuat bulan bersinar meski tak bisa saling mengenggam. Pelangi membuat hujan dan mendung berubah menyisipkan tawa bagi mereka yang merindukan cerah, meski tahu mereka tak bisa saling melempar canda. Itulah hatiku untukmu. Kita tak bisa bersama, tapi aku juga tak pernah menyesal telah jatuh tanpa dipeluk masa depan bersamamu. Meski ku menangis dengan dalamnya perasaan yang tak mungkin dipersatukan, masih bolehkah aku mendoakanmu sekali lagi sebelum takdir membawamu jauh pergi?
Tak ada yang salah, entah dilahirkan ditengah keluarga dengan agama apa, aku melihatmu tanpa mempertimbangkan itu semua. Cintaku sederhana, hanya rela jatuh sejatuh jatuhnya, tanpa berharap kau memeluk ku sampai tua. Meski kadang rasa iri menyusup didada tanpa permisi, karena melihatmu menggenggam tangan yang lain, dia yang menurut mereka sepadan denganmu untuk mengarungi kehidupan. Tak bisakah aku menggantikannya? Menggenggam tanganmu dan menua bersama tanpa peduli apa agama kita?
Saat kau menagis melepaskan genggaman, memohon agar aku tetap disampingmu tak peduli apapun yang mereka katakan. Jelas sudah kubilang ini tak akan bisa sayang. Aku mencintaimu, percayalah. Tapi mungkin pertemuan kita memang bukan untuk menyatukan dua hati yang saling mencintai. Kita bukan dua insan dalam film yang laris dipasaran. Dimana agama mungkin tak masalah asal cinta bersemayam disana.
Buka matamu dan lihatlah, ini dunia nyata kita. Dalam cinta ini bukan hanya ada aku dan kamu, tapi mereka yang berhak dibahagiakan oleh kita. Tak apalah meski harus mengalah sampai terluka parah. Percaya saja, kau dan aku meski berbeda Tuhan kita tetap pribadi yang maha sempurna. Penyembuh dari segala luka. Jadi berjalanlah tanpa menoleh lagi pada hati yang dulu memilikimu ini.
Karena sungguh aku bersyukur telah mengenalmu. Andai bisa kuhampiri Tuhanmu, bukan ingin meminta macam-macam, aku hanya ingin berterimakasih karena Dia menciptakanmu dengan sempurna. Darimu aku belajar banyak hal. Mencintaimu dengan tulus tanpa berharap memiliki sampai nafas terakhirku. Mendoakan yang terbaik meski bukan aku yang akan menemanimu menikmati itu. Darimu aku belajar melepas apa yang paling ingin ku pertahankan. Berlari menjauh dari apa yang paling ingin kuhampiri.
Entah pada siapa nanti kau titipkan hati kuharap dia tak akan pernah menyakiti. Berbahagialah meski kita pada akhirnya hanya tinggal sebuah cerita. Agar aku tak ragu meninggalkan tempat ku menunggumu dulu. Kuharap ikhlas kita dapat membuat Tuhan sesegera mungkin mempertemukan kita pada cinta yang mahir memulihkan. Sehingga nanti bila waktu mempertemukan kita, kau dan aku bukan lagi dua orang yang menangis karena luka menganga dalam hati yang merana. Tapi dua orang yang telah menemukan seindah apa cinta tanpa perbedaan seperti kita.
0 Response to " Jangan Lagi Bertanya. Meski Tak Seagama, Aku Mencintaimu Dari Ujung Kaki Sampai Kepala "
Posting Komentar