Saya seorang ibu bekerja dan mempunyai putri yang baru berumur 21 bulan. Sebenarnya cerita ini berawal ketika saya belum menikah, penantian panjang menunggu jodoh yang sregbelum juga kesampaian membuat saya seakan putus asa. Pacaran yang lama tak menjamin juga akan berjodoh, begitu juga saya.
Sebelumnya saya memang berpacaran dengan seorang pria beristri beranak dua. Walaupun awalnya iseng ternyata saya terjerat juga oleh cinta pria dewasa, mapan & sukses. Saat itu rasanya saya sulit untuk bisa lepas dari kebaikan, kharisma dan perhatian yang dia berikan kepada saya, rasanya hampir semua wanita juga ingin mendapatkan pendamping hidup seperti itu. Hari demi hari, bulan dan tahun kami jalani tak terasa hampir menginjak 6 tahun saya bersamanya. Walaupun saya sadar ada hati dan keluarga yang terluka, tetap saja tidak menghentikan langkah saya. Bahkan saya berkeinginan sekali untuk menikah dengan dia karena waktu itu saya sangat mencintai dia.
Saya memang ndableg
Saya sempat berkenalan dengan istri dan keluarganya sebagai teman, sampai pada akhirnya kebohongan kami terkuak juga. "Serapi-rapinya menyimpan bangkai pasti akan tercium juga" mungkin itu istilah yang tepat. Cacian dan makian pernah saya terima walaupun tidak secara langsung ketika istrinya mendamprat saya. Dari situ saya termenung, bagaimana kalau yang berada di posisi istrinya itu adalah saya, atau kakak, bahkan ibu saya. Apa iya saya mau menikah dengan lelaki yang lebih dewasa dari saya bahkan suami orang. Apa kata teman-teman, saudara dan keluarga nantinya. Akhirnya kata putus adalah jalan terbaik.
Akan tetapi itu tak berlangsung lama karena kami memang tidak bisa berjauhan saat itu. Rasanya dunia tidak lengkap tanpa dia. Akhirnya saya jalani kembali hubungan itu dengan harapan akan ada jalan keluar yang lebih baik. Dia pernah bilang pasti akan memilih saya dan akan mengutarakan kepada ortu saya di saat yang tepat. Hampir setiap kami jalan bersama ke mall, makan dll rasanya hati saya tidak tenang, saya takut akan ada yang melihat walaupun saya sadar Allah Maha Tahu. Rasanya salat, puasa dan ibadah lainnya tak membuat saya malu kepada Allah, bahkan di sela-sela doa, saya selalu meminta kepada-Nya agar jodoh saya adalah dia dan bisa diberikan jalan terbaik.
Ketika dorongan dan tekanan dari berbagai pihak lingkungan serta keluarga begitu hebat untuk segera menikah. saya jadi ingat tausyiah ustaz Mansyur, intinya "Kalau minta apa-apa jangan sama orang, minta sama Allah yang punya segalanya". Hingga pada suatu malam Idul Fitri tahun 2012 bertepatan dengan ulang tahun saya, saya salat tahajud meminta petunjuk dan mencoba mengadu, meminta dengan paksa kepada Allah. Kali ini tidak dengan kata-kata jodohkanlah saya dengan dia tapi "Berilah saya jodoh yang terbaik yang bisa membimbing saya ke jalan-Mu, seandainya dia bukan jodoh saya berilah saya jodoh dari orang yang sudah saya kenal baik," itu doa saya waktu itu.
Hidup adalah pilihan
Hanya selang beberapa hari setelah lebaran di tahun yang sama saya bertemu dengan mantan kekasih saya sewaktu SMA, saya cerita banyak terutama pasangan kami masing-masing. Tak lupa saya salat istikharah meminta petunjuk-Nya agar saya tidak salah pilih antara pacar saya yang sudah lama atau mantan kekasih saya yang baru saya kenal kembali.
Allah memberikan jalan kepada setiap umat-Nya yang mau berusaha. Pada akhirnya kami memutuskan untuk menikah. Ya menikah, tanpa melalui pacaran lagi. Hanya selang 1 bulan akhirnya saya menikah dengan suami saya saat ini. Bukankah Islam tidak mengenal istilah pacaran juga, tentu banyak pertanyaan/tanggapan miring yang menghampiri saya karena lebih memilih pria yang sekarang menjadi suami saya dengan status single/bujang dari pada pacar saya sebelumnya yang mapan.
Niat saya waktu itu hanya untuk ibadah, Insya Allah materi, kesuksesan dan yang lainnya mengikuti, itu keyakinan saya, karena kita tidak bisa menunggu dengan harapan/waktu yang tak pasti.
Bagaimanapun hidup adalah pilihan, ketika kita ingin menjadi lebih baik berusahalah dengan baik. Saya merasa lebih tenang dengan menikah, walaupun kami belum bisa seperti pasangan saya yang dulu tapi saya selalu merasa cukup bahkan lebih. Semoga kita selalu diberi keberkahan dan kemudahan dalam setiap langkah kita, amin.
Wassalamualaikum..
0 Response to " Dulu Saya Menjadi Kekasih Suami Orang, Hingga Allah SWT Kirimkan Jodoh Terbaik "
Posting Komentar