SERINGKALI kita menangis karena patah hati, cinta bertepuk sebelah tangan, atau diberi harapan palsu oleh seseorang yang kita kagumi; tetapi seberapa sering kita menangis melihat wajah ibu-ayah yang semakin menua?
Ibu dan ayah-lah yang sedari kecil memberimu cinta melebihi siapa pun nyatanya jarang memiliki tempat untuk engkau kisahkan dalam bahasa air mata, lalu mengapa dirimu memuliakan para pendusta atas nama cinta dengan air mata?
Padahal cinta yang dibahasakan dengan air mata itu tulus, bukankah pada tiap tetesnya ada begitu banyak cerita yang tak mampu engkau lukiskan lewat kata-kata, lalu sedemikian muliakah para pendusta cinta hingga kebesaran cintamu padanya tak mampu lagi dibahasakan lewat untaian kata?
Jangan menangisi para pendusta cinta, air matamu terlalu murah untuk dijadikan penebusan sesal atas kedunguan pendusta yang menyakitimu; justru menangislah saat menatap lipatan yang mulai terlihat di kening ibu dan ayahmu sebab merekalah sejatinya pemilik sah air mata yang menyaran makna ketulusan abdi kasihmu sebagai manusia. []
0 Response to " Menangislah Saat Menatap Lipatan Kening Ayah dan Ibumu "
Posting Komentar