Carmen Mark, mahasiswi cantik ini mungkin telah tiada. Namun ia akan terus hidup, dalam hati kekasihnya serta dalam diri lima orang yang menerima organ yang ia sumbangkan.
Gadis berusia 18 tahun ini awalnya sedang berada di Nanyang Politeknik Singapura, sekolah keperawatan tempat ia menuntut ilmu. Mendadak, Carmen jatuh pingsan. Setelah dibawa ke rumah sakit, Carmen dinyatakan koma. Beberapa hari kemudian, kondisinya memburuk. Arteri di otaknya pecah.
Shaun Teh, sang kekasih, begitu sedih dengan keadaan Carmen. Sampai-sampai ia mengunggah foto Carmen di Instagram sambil menulis "Dia adalah gadis paling baik dan paling manis di dunia."
Selama hampir satu bulan, harapan Shaun tak pernah putus. Satu hari, ia akan melihat pacarnya bangun dari koma dan mereka bisa menua bersama-sama. Sementara itu, ia terus berusaha tetap berada di samping Carmen. Sambil menunggu, ia mem-posting pernyataan menyentuh di akun Instagramnya, tentang bagaimana hubungan ia dan Carmen selama setahun terakhir.
"Sudah waktunya bangun, kasihku. Bangun dan beri aku ciuman selamat pagi kembali. Kami akan selalu mendoakanmu. Aku sangat mencintaimu. Kau segalanya bagiku dan aku tak ingin kehilanganmu. Tetaplah berjuang dan tetaplah kuat."
Seolah mendengar harapan Shaun, esoknya Carmen sadar. Ia bisa menggerakkan tangannya meski masih dalam keadaan separuh sadar untuk menanggapi pertanyaan ayahnya. Seperti hari-hari sebelumnya, Shaun mengunggah foto Carmen bersama dirinya dengan angka penunjuk berapa lama mereka telah bersama.
Sayang, Tuhan berkendak lain. Kondisi Carmen makin memburuk. Pada hari kematian Carmen, Shaun mengunggah foto kepergian kekasih hatinya tersebut. Foto Shaun, menuai banyak simpati publik. Lebih dari 500 'like' ia terima. Berbagai komentar dari teman-temannya juga begitu menyentuh. Mereka berkata, bahwa Carmen akan selalu berada di hati mereka. Mereka juga berharap Shaun tetap kuat setelah kepergian Carmen.
Carmen adalah anak satu-satunya dari Mark Kok Wah dan Ariess Tan. Carmen memulai kuliahnya sekitar dua bulan lalu dengan beasiswa dari salah satu yayasan.
Pamannya menggambarkan Carmen sebagai seorang gadis yang memiliki kepedulian tinggi, ceria, mandiri, dan disiplin. "Saya sangat bangga padanya karena ia ingin menyumbangkan organ tubuhnya untuk membantu mereka yang membutuhkan. Ia adalah malaikat yang nyata," ujar sang paman sebagaimana dikutip dari Singaporeseen, Senin (03/07/2015).
"Carmen akan terus hidup. Selamanya."
0 Response to " Tangis Haru Iringi Kepergian Mahasiswi Berhati Malaikat "
Posting Komentar