Sahabat jadi cinta. Menikahi seseorang yang dulu pernah jadi sahabat memang memiliki kisah manisnya tersendiri. Seorang sahabat Vemale bernama Nita Nyit punya kisah indahnya ketika ia akhirnya bisa menikahi seorang pria yang dulu pernah jadi sosok sahabat yang begitu penting dalam hidupnya.
***
Namaku Nita dan inilah sepenggal kisah cintaku dan kisah hidupku. Kisah ini mungkin tak begitu berkesan bagi orang lain. Tapi bagiku, kisah ini adalah kisah yang selamanya tak akan pernah terlupakan.
Akhir 2008 melalui perkenalan singkat. Bahkan singkat sekali ketika seorang teman kerja mengenalkan saya pada seorang pria. Pria itu bernama Indra, pria yang memberi perhatian lebih kepadaku di saat aku menginginkan ketenangan untuk menguatkan diri dan move-on dari kisah masa laluku. Awalnya aku dan Indra hanya berkomunikasi lewat SMS. Tapi anehnya, lambat laun aku makin penasaran dengan sosoknya.
Maret 2009, pertemuan pertama kami. Setelah empat bulan berkomunikasi lewat HP, akhirnya Indra menemuiku. Ia ternyata sosok yang sopan, ramah, dan juga menyenangkan untuk diajak ngobrol. Tapi aku tetap tak berani membuka hatiku. Aku merasa sosok Indra terlalu "sempurna" untukku baik dari segi penampilan, gaya busana, dan gaya hidup. Mau menjalin hubungan dengannya? Hmm... rasanya itu hanya mimpi saja.
Setelah pertemuan pertama itu, kami tetap berkomunikasi. Lebih intens malah. Aku juga makin bingung. Kami ini hanya berteman saja tetapi kenapa perhatian yang Indra berikan seperti perhatian seorang kekasih? Pagi, siang, sore, dan malam, kami terus berhubungan. Dan parahnya lagi kami pun sering bertengkar seperti pasangan kekasih yang lain, padahal hanya dikarenakan masalah sepele.
Setiap kali Indra pulang menengok orang tuanya di Ungaran, Indra selalu menyempatkan diri untuk menemuiku di Semarang. Ya, Indra bekerja di ibu kota, jadi sebulan sekali pasti pulang ke Ungaran. Tetapi lima bulan berlalu setelah pertemuan pertama itu dan pertemuan-pertemuan selanjutnya malah tidak ada pembicaraan mengenai kepastian hubungan kami. Karena hal itulah, aku memberanikan diri membuka hati menjalin hubungan dengan lelaki lain yang berniat serius denganku.
Baik yang memang asli melalui perkenalan langsung denganku hingga perjodohan dari orangtua. Tetapi tetap aku tidak bisa melupakan atau pun menghapus Indra dari pikiran dan juga hati. Mungkin menurut pandangan orang lain, aku adalah perempuan yang tidak baik karena berhubungan dengan lebih dari seorang pria dalam waktu bersamaan. Dan entah kenapa Indra lah yang selalu kujadikan tempat curhat segala sesuatu yang aku alami, baik masalah dengan orangtuaku ataupun tunanganku. Entah kenapa juga Indra selalu ada untukku. Hanya Tuhan yang tahu, itu pikirku.
Bulan berganti tahun hingga akhirnya di tahun 2010 tepatnya bulan September, pada saat dua bulan menjelang pernikahanku, pertunanganku dibatalkan karena memang tidak ada rasa cinta diantara aku dan tunanganku. Dan aku pun tetap berkomunikasi dengan Indra, hingga akhirnya bulan Oktober 2010, Indra memintaku untuk menjadi kekasihnya. Akhirnya, perasaan yang aku pendam bisa terungkap, itu yang dikatakan Indra setelah mengungkapkan isi hatinya sambil menunggu jawabanku. Tentu saja hal ini aku jawab sambil tersenyum dan mengangguk.
Menjalani kisah cinta LDR baru pertama ini kurasakan, terpaan rindu di tengah rutinitas pekerjaan yang padat di Semarang. Berat memang tapi Tuhan selalu memberiku kekuatan dan kesabaran menjalaninya. Indra juga berusaha menjaga hatinya di sana. Pertemuan sekali sebulan pun kami manfaatkan sebaik-baiknya. Tidak jarang aku izin dari pekerjaan di hari Sabtu demi bisa memanfaatkan waktu untuk bersamanya.
Maret 2012, Indra meminangku. Antara percaya dan tidak, tapi itulah yang memang aku tunggu selama ini. Setelah meminta restu Mama dan Papa, kami langsung berjibaku menyusun acara pernikahan, di tengah jalinan hubungan jarak jauh dan rutinitas pekerjaan serta kuliah D4 yang ditempuh Indra yang sangat menyita waktu.
Tiga bulan, waktu yang terbilang cukup singkat untuk menyiapkan pernikahan. Capek, marah, emosi, dan galau. Semua campur aduk jadi satu. Mama sampai harus diopname karena ikut stres menyiapkan acara pernikahan untukku. Sabar dan sabar, kami pun akhirnya bisa menyiapkan semua dengan baik.
Dan, 3 Juni 2012 jadi hari paling bersejarah dan terindah untukku dan Indra. Di hari itu, kami resmi menjadi suami istri. Alhamdulillah... Terima kasih, ya Allah.
Akhir 2008 melalui perkenalan singkat. Bahkan singkat sekali ketika seorang teman kerja mengenalkan saya pada seorang pria. Pria itu bernama Indra, pria yang memberi perhatian lebih kepadaku di saat aku menginginkan ketenangan untuk menguatkan diri dan move-on dari kisah masa laluku. Awalnya aku dan Indra hanya berkomunikasi lewat SMS. Tapi anehnya, lambat laun aku makin penasaran dengan sosoknya.
Maret 2009, pertemuan pertama kami. Setelah empat bulan berkomunikasi lewat HP, akhirnya Indra menemuiku. Ia ternyata sosok yang sopan, ramah, dan juga menyenangkan untuk diajak ngobrol. Tapi aku tetap tak berani membuka hatiku. Aku merasa sosok Indra terlalu "sempurna" untukku baik dari segi penampilan, gaya busana, dan gaya hidup. Mau menjalin hubungan dengannya? Hmm... rasanya itu hanya mimpi saja.
Setelah pertemuan pertama itu, kami tetap berkomunikasi. Lebih intens malah. Aku juga makin bingung. Kami ini hanya berteman saja tetapi kenapa perhatian yang Indra berikan seperti perhatian seorang kekasih? Pagi, siang, sore, dan malam, kami terus berhubungan. Dan parahnya lagi kami pun sering bertengkar seperti pasangan kekasih yang lain, padahal hanya dikarenakan masalah sepele.
Setiap kali Indra pulang menengok orang tuanya di Ungaran, Indra selalu menyempatkan diri untuk menemuiku di Semarang. Ya, Indra bekerja di ibu kota, jadi sebulan sekali pasti pulang ke Ungaran. Tetapi lima bulan berlalu setelah pertemuan pertama itu dan pertemuan-pertemuan selanjutnya malah tidak ada pembicaraan mengenai kepastian hubungan kami. Karena hal itulah, aku memberanikan diri membuka hati menjalin hubungan dengan lelaki lain yang berniat serius denganku.
Baik yang memang asli melalui perkenalan langsung denganku hingga perjodohan dari orangtua. Tetapi tetap aku tidak bisa melupakan atau pun menghapus Indra dari pikiran dan juga hati. Mungkin menurut pandangan orang lain, aku adalah perempuan yang tidak baik karena berhubungan dengan lebih dari seorang pria dalam waktu bersamaan. Dan entah kenapa Indra lah yang selalu kujadikan tempat curhat segala sesuatu yang aku alami, baik masalah dengan orangtuaku ataupun tunanganku. Entah kenapa juga Indra selalu ada untukku. Hanya Tuhan yang tahu, itu pikirku.
Bulan berganti tahun hingga akhirnya di tahun 2010 tepatnya bulan September, pada saat dua bulan menjelang pernikahanku, pertunanganku dibatalkan karena memang tidak ada rasa cinta diantara aku dan tunanganku. Dan aku pun tetap berkomunikasi dengan Indra, hingga akhirnya bulan Oktober 2010, Indra memintaku untuk menjadi kekasihnya. Akhirnya, perasaan yang aku pendam bisa terungkap, itu yang dikatakan Indra setelah mengungkapkan isi hatinya sambil menunggu jawabanku. Tentu saja hal ini aku jawab sambil tersenyum dan mengangguk.
Menjalani kisah cinta LDR baru pertama ini kurasakan, terpaan rindu di tengah rutinitas pekerjaan yang padat di Semarang. Berat memang tapi Tuhan selalu memberiku kekuatan dan kesabaran menjalaninya. Indra juga berusaha menjaga hatinya di sana. Pertemuan sekali sebulan pun kami manfaatkan sebaik-baiknya. Tidak jarang aku izin dari pekerjaan di hari Sabtu demi bisa memanfaatkan waktu untuk bersamanya.
Maret 2012, Indra meminangku. Antara percaya dan tidak, tapi itulah yang memang aku tunggu selama ini. Setelah meminta restu Mama dan Papa, kami langsung berjibaku menyusun acara pernikahan, di tengah jalinan hubungan jarak jauh dan rutinitas pekerjaan serta kuliah D4 yang ditempuh Indra yang sangat menyita waktu.
Tiga bulan, waktu yang terbilang cukup singkat untuk menyiapkan pernikahan. Capek, marah, emosi, dan galau. Semua campur aduk jadi satu. Mama sampai harus diopname karena ikut stres menyiapkan acara pernikahan untukku. Sabar dan sabar, kami pun akhirnya bisa menyiapkan semua dengan baik.
Dan, 3 Juni 2012 jadi hari paling bersejarah dan terindah untukku dan Indra. Di hari itu, kami resmi menjadi suami istri. Alhamdulillah... Terima kasih, ya Allah.
0 Response to " Teman Curhat Jadi Suami... Sempurnanya Takdir Tuhan Untukku "
Posting Komentar