Setiap anak memang merupakan pengharapan kedua orang tuanya. Nggak bisaa dipungkiri orang tua memang punya segudang harapan dan berharap anaknya menjadi seseorang yang sukses suatu hari nanti. Namun siapa sangka, kalau ada sedikit saja kesalahan di tengah-tengah ini, makan akan terjadi hal seperti gadis 21 tahun di bawah ini.
Ibu ini bernama Liu Yu yang berusia 50 tahun. Ia dulunya menerima didikan Jepang, dulu setelah lulus, Liu mengabdi pada sekolah dan mengajar. Karena berpotensi, ia terus mendapatkan posisi yang bagus. Di usianya yang ke 35 tahun, ia telah menjadi seorang dosen dan menjadi wakil kepala jurusan. Suaminya adalah seorang pegawai negri yang punya kedudukan tinggi. Keberhasilan dari pasangan ini membuat banyak orang yang iri hati.
Tahun 1984, Liu melahirkan seorang anak perempuan yang dipanggil Sisi. Liu sangat berharap pada anak perempuannya ini, dia berkata pada suaminya, "Anak kita harus lebih menonjol daripada orang lain."
Dalam pikirannya, Liu punya segudang cita-cita untuk anaknya, tapi sayangnya, saat anak lainnya sudah bisa berlari kesana kemari, Sisi bahkan belum bisa berjalan dengan lancar. Selain itu, Sisi juga lambat berkata-kata, ketika anak lainnya sudah mulai bercakap-cakap, Sisi bahkan masih sulit mengucapkan Papadan Mama. Liu yang cemas merasa sangat marah, dan setiap harinya mengajari anaknya dengan ketat.
Hal yang membuat Liu semakin terpuruk adalah ketika Sisi masuk sekolah dasar. Setiap kali ujian, bahkan di soal yang terhitung mudapun, Sisi tidak mampu menyelesaikannya. Liu tidak bisa menerima anaknya yang "kurang pandai", dia merasa pasti ada alasannya.
Liu berusaha membuat Sisi sedikit lebih pandai dengan berbagai vitamin, tapi ternyata bukan hanya nilai Sisi tidak bertambah baik, tubuh Sisi karena hal ini menjadi dewasa terlalu cepat. Di kelas 4 SD, Sisi sudah mengalami menstruasi, akhirnya setelah temannya yang menjadi dokter menyarankan, Liu baru menghentikan pemberian obat-obatan bagi otak anaknya.
Tapi tentu saja hal ini sama sekali nggak membuat Liu menyerah untuk "membantu" anaknya, ia mengatur waktu belajar Sisi dengan padat dah mencari seorang guru privat yang ahli bagi Sisi. Tentunya hal ini memang ada hasilnya, di kelas 5 SD, Sisi berhasil mendapatkan juara pertama di kelas untuk pertama kalinya.
Liu tentu merasa sangat senang dan mulai meminta Sisi ikut banyak pertandingan, sayangnya sekali lagi Liu dikecewakan oleh hasil anaknya.
Sisi belakangan menuliskan dalam buku diarinya, "Responku memang lambat, aku selalu jadi yang terakhir dalam setiap kegiatan. Tapi, mama nggak rela mengakui kelemahanku ini, dia selalu merasa dia dan papa adalah orang yang pandai dan berpotensi, sehingga anaknya mana mungkin nggak pandai? Jadi, punya orang tua yang hebat nggak selalu bagus, aku nggak bahagia, mereka juga hidup menderita."
Tahun 1997, Sisi memulai SMP, Liu mencari lagi seorang guru yang baik untuk les Sisi di malam hari. Sisi dilatih untuk menjadi anak yang selalu lebih dari yang lainnya. Liu juga puas akan nilai yang dicapai Sisi dan berkata, "Kepintaran kamu memang digali keras sama mama nih!"
Tahun 2000 lalu, Sisi masuk SMA ternama, tapi di ujian pertama kali, ia ternyata tidak lulus di banyak mata pelajaran. Wali kelas Sisi memanggil Liu untuk bicara, ia curiga Sisi sebelumnya sudah mendapat bocoran baru bisa diterima di SMA tersebut.
Hal ini menjadi tamparan bagi Liu, Ia marah dan berkata, "Aku bisa menggugatmu menjelekkan kami!" Kemudian Liu membawa hal ini ke kepala sekolah, sehingga wali kelas tersebut akhirnya meminta maaf. Ia juga meminta supaya Sisi dipindah ke kelas terbaik di SMA tersebut agar tidak lagi diajar oleh wali kelas tersebut.
Tapi Sisi yang memang pada dasarnya tidak bisa mengikuti pelajaran berkata mau keluar sekolah satu minggu kemudian. Sisi mengatakan ingin pindah sekolah kesusteran dan bekerja di rumah jompo. Liu marah besar karna hal ini, walaupun suaminya sudah membujuknya untuk menghormati keputusan Sisi, tapi Liu malah berkata, "Banyak anak yang lebih buruk dari Sisi aja bisa kuliah, atas dasar apa dia nggak bisa? Kecuali besok aku mati, kalo nggak, aku pasti buktiin Sisi bisa kuliah di universitas TERNAMA!"
Liu mulai turun tangan mengajar anaknya, tahun 2003, Sisi pun masuk fakultas ekonomi sebuah universitas ternama. Liu menangis begitu menerima lembar penerimaan dari universitas.
Di semester pertamantya, Sisi adalah mahasiswi satu-satunya yang mata kuliahnya paling banyak gagal. Sisi akhirnya harus diam di rumah dan belajar. Sisi sendiri menuliskan dalam diarinya, "Mama yang pintar melahirkan anak yang tidak pintar dan nggak menerima kenyataan. Kasihan. Anak yang nggak pintar punya mama yang pintar dan terjerat. Kasihan."
Dengan usaha keras akhirnya Sisi menamatkan kuliahnya, di hari terakhir kuliah dia menyampaikan kesan-pesan kuliahnya, "Lulus, semua orang senang akhirnya masuk dunia sosial tapi yang paling aku senang, aku akhirnya nggak perlu lagi belajar. 16 tahun sekolah sangat capek, sampai aku sering berpikir nggak mau hidup lagi."
Liu tidak berhenti sampai disini, dia berusaha memasukkan anaknya ke sebuah kantor pengacara. Sisi memiliki atasan yang sangat ketat, di hari pertamanya bekerja, pengacara memberikan Sisi pekerjaan yang tidak mampu dilakukannya. Ketika Sisi minta tolong pada rekan kerjanya, semua sedang sibuk dan tidak mampu membantunya.
Malamnya Sisi dimarahi atasannya, Sisi hanya mampu menangis. Karna tertekan ia mengatakan pada mamanya tidak mau bekerja lagi. Liu tentu marah namun semua itu diterima Sisi dalam diam. Semakin lama Sisi semakin terpuruk di kantornya dan semakin ingin keluar dari sana. Tapi Liu tidak pernah menyetujuinya.
Dalam semua tekanannya, Sisi akhirnya memutuskan untuk bunuh diri dan melompat dari lantai 21. Beberapa hari kemudian, Liu yang tidak mampu menerima kenyataan menerima sebuah surat dari Sisi yang isinya, "Papa, mama, aku selalu berharap bisa menjadi anak seperti yang kalian impikan. Tapi, aku bukanlah anak seperti itu. Aku capek, aku selalu hidup di lingkungan yang bukan milikku, kelebihan orang lain selalu menonjolkan kebodohanku. Aku sangat capek dan ingin beristirahat, mungkin di surga nanti aku bisa bertemu dengan teman-temanku yang tidak pintar tapi bahagia."
Kata-kata ini semakin membuat Liu terpukul dan akhirnya sadar. Ia berkata, "Aku mau mengingatkan para orang tua, ada pepatah mengatakan, 'Tuhan saja menyiapkan pohon yang pendek bagi burung yang bodoh.' Kalimat ini aku dapat dari buku diari Sisi, tapi aku selalu memaksa Sisi terbang ke pohon yang tinggi dan akhirnya dia jatuh. Kalau dipikir-pikir, bukannya aku selalu berharap anakku bahagia? Tapi dengan cara seperti ini… Sebenarnya bukankan memiliki hidup yang biasa saja juga baik?"
0 Response to " Anaknya Berkata, "Mama Aku Mau Pergi Ke Surga, Disini Capek!" Kemudian Lompat dari Lantai 21, Ternyata Kenyataan Dibalik Tragedi Ini Sangatlah Mengenaskan!! "
Posting Komentar