Kisah Sutriyani, Sarjana Fisika IPK 3,49 yang Jualan Jamu Keliling


Jualan jamu gendong keliling mungkin bukanlah pekerjaan yang menjadi idaman bagi sebagian besar remaja masa sekarang.
Namun, apa yang dilakukan Sutriyani (23) ini seolah mendobrak pandangan tersebut.
Ia mampu membuktikan, sepanjang usaha itu halal, maka jualan jamu pun bukanlah pekerjaan yang 'haram' bagi anak muda. Padahal, ia sendiri bukanlah remaja sembarangan.
Bagaimana tidak, Sutriyani merupakan seorang sarjana lulusan Pendidikan Fisika Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta yang lulus dengan IPK 3,49 !
Ditemui ketika sedang menjual jamu di perempatan Jodog, Bantul (9/4/2015), Sutriyani yang baru diwisuda pada Desember 2014 ini mengaku sering mendengar cibiran mengenai statusnya sebagai seorang sarjana tetapi hanya jadi penjual jamu.

Sutriyani saat melayani pembeli | TRIBUNJOGJA.com
Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya dalam bekerja.
“Aku jadi sarjana juga karena ibuku jualan jamu, jadi kenapa harus malu,” ungkapnya.
Ibu dari Sutriyani, Ny Tukilah memang penjual jamu keliling, sedangkan ayah Sutriyani, alm Ponijan yang dulu bekerja sebagai tukang becak, sudah meninggal beberapa bulan yang lalu.
Sepeninggal ayahnya, kini hanya Sutriyani dan ibunya yang tinggal di rumahnya yang sederhana di dusun Samen RT 1, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul.
Meski lahir dari keluarga yang kurang mampu, Sutriyani tergolong siswi yang cerdas serta berkemauan untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya.
Menurut Tukilah, Sutriyani sering mendapat beasiswa saat di bangku sekolah, bahkan setelah lulus dari SMK N 1 Sewon Bantul jurusan Tata Boga, bukannya langsung mencari kerja, Sutriyani malah ingin melanjutkan pendidikan dengan jalur Beasiswa Bidik Misi.
“Saya mendengar rencananya mau kuliah sebenarnya mikir beli bensin saja kesulitan, tapi dia tetap membesarkan hati saya agar merelakannya kuliah,” jelasnya.
Setelah lulus dari bangku kuliah, jatuh bangun dialami Sutriyani ketika terjun di dunia kerja.
Sutriyani sempat menjadi tenaga honorer lepas di salah satu instansi, menjaga kantin, hingga berjualan nasi goreng dilakoninya.
Namun semua pekerjaan itu belum membuatnya nyaman.
Sutriyani juga merasa sistem yang ada kurang bisa membuatnya menembus dunia kerja sesuai latar belakang pendidikannya yaitu pendidikan fisika.
“Belum kepikiran jadi guru, kalau nggak ada orang yang bawa juga sulit,” keluhnya.
Merasakan sulitnya mendapat pekerjaan yang cocok, Sutriyani yang lulus dengan IPK 3,49 ini terpikir untuk meneruskan usaha jual jamu yang selama ini digeluti ibunya.
Terhitung mulai bulan Februari 2015, dengan didukung ibunya, Sutriyani memberanikan diri menjadi penjual jamu dengan menaiki sepeda onthel seperti yang dilakukan ibunya.
Baru sekitar seminggu ini Sutriyani akhirnya menggunakan sepeda motor untuk menjajakan jamu nya.
Ia mulai bekerja menjual jamu nya dari pagi sekitar pukul sembilan hingga tengah hari untuk beristirahat.
Setelah itu ia kembali berkeliling dari pukul satu siang hingga pukul delapan malam. Sutriyani berkeliling menjual jamu di wilayah Bantul bagian barat hingga ke Pajangan.
Tak hanya menjual jamu, tiap hari Sutriyani juga masih memberikan bimbingan belajar kepada beberapa anak pelanggannya dan adik temannya.
“Sebenarnya sudah ada banyak yang minta saya ngelesin anaknya, tapi saya masih sulit bagi waktunya,” terangnya.
Setelah sekitar sebulan lebih menjalani pekerjaannya sebagai penjual jamu keliling, Sutriyani mengaku lebih bisa menikmati pekerjaannya yang sekarang.
“Pekerjaan kan hanya media mendapat penghasilan, mengenai penghasilan yang didapat sudah digariskan Yang Kuasa, jadi saya santai saja,” ungkapnya.
Tak sekedar berjualan jamu, Sutriyani juga tetap bangga mempertahankan proses pembuatan jamu secara tradisional yang dipelajari dari ibunya. Sutriyani juga menolak anggapan jamu sekarang sudah ketinggalan jaman.
“Jaman sekarang malah jamannya orang minum jamu karena sudah mulai banyak makanan instan, bagaimana caranya bahan kimia dalam tubuh bisa berkurang ya minum jamu bukan minum obat,” jelasnya.
Mengenai rencana hidupnya ke depan, Sutriyani mengaku masih punya banyak harapan yang ingin diraih.
Sutriyani ingin usaha jualan jamunya menjadi bisnis yang bisa berkembang.
“Kedepan ingin punya kios jamu, jadi tidak perlu keliling lagi,” terangnya.
Meski begitu, Sutriyani tidak menutup kemungkinan jika bisa mendapat pekerjaan sesuai latar belakangnya. Bahkan Sutriyani pun mengungkapkan masih punya niat melanjutkan pendidikan hingga pascasarjana jika ada beasiswa. “Kalau bisa semua bisa berjalan beriringan,” imbuhnya. (*)

0 Response to " Kisah Sutriyani, Sarjana Fisika IPK 3,49 yang Jualan Jamu Keliling "

Posting Komentar