Jika aku mengingat kembali, disudut perpustakaan kuno, senyum kita bertemu diantara buku-buku tua. Saat bola mata mu yang berayun kesana kemari tiba-tiba berhenti disatu titik. Tepat diwajah ku. Dan kaupun tersenyum. Senyum simpul itu, sungguh meneduhkan. Mungkin aku sedang jatuh cinta pada pandangan pertama. Tidak.. ini bukan pandangan pertama. Mungkin adalah pandangan ke 100. Karena sebenarnya aku sudah mengamati mu sejak kita terlibat bersama dalam proyek penelitian kampus. Senyum yang pertama kali ku lihat, masih sama saat kita berpapasan diantara rak-rak buku yang berdebu. Dan saat itu, rasa rindu yang hampir punah ini, kembali bermukim dihatiku.
Berpapasan denganmu, menambah goresan rindu dihatiku
Seringkali kita tanpa sengaja bertemu, saling mempertontonkan gigi dan melontarkan kata basa-basi. Bagi mu mungkin berlalu begitu saja. Tetapi tidak untuk ku. Aku kemudian berjuang dengan goresan rindu yang bertubi-tubi melukai hati ku. Bahkan ketika bersua dengan teman-teman perempuan ku, ketawa-ketiwi, shopping, mengunjungi toko antik, tetap saja yang ku ingat hanyalah saat kau menyapa ku di bawah pohon camar. Saat untuk kesekian kalinya, mata mu fokus kepada satu titik. Tepat diwajah ku.
Aku hanya sedikit kebingungan, mengapa aku masih merindumu?
Bukankah proyek kampus itu sudah selesai sekian lama? Bahkan banyak yang datang dan menawarkan diri menjadi kumbang di taman hati ku. Tetapi tetap saja, taman hati ku seperti sudah disterilkan khusus hanya untuk mu. Dalam pikiran ku, aku terus meyakinkan diri bahwa suatu saat debaran dan rindu ini pasti akan pergi bersama waktu. Entah kapan, aku hanya berharap waktu itu segera datang.
Mungkin dari luar terlihat biasa, tetapi ketahuilah, aku sedang berjuang dengan diriku.
Mungkin dari luar, semua terlihat biasa. Tetapi ketika bertemu dengan mu, aku berjuang dalam diri ku untuk mengatur irama detakan jantung yang tak menentu ini agar tak ketahuan oleh mu. Aku kemudian bertanya pada diri ku, mengapa juga harus deg-degan ? mengapa harus gugup ? mengapa semua kata-kata lari terbirit-birit meninggalkan ku ? mengapa aku harus terjebak dalam situasi hati yang rumit seperti ini ? Aku tak menemukan satu pun jawabannya. Semuanya terjadi begitu saja, semua perasaan-perasaan itu muncul diluar kontrol ku.
Aku menjadi serba salah, menghindar dari mu ataukah tetap menghadapimu dengan konsekuensi Insomnia dimalam hari
Beberapa kali aku aku berusaha untuk menghindar dari mu. Memilih mengikuti jalan lain ketika melihat mu dari jauh atau membuat jari telunjukku menari-nari diatas gadget yang ku pegang. Tetapi justru hal itu lebih melukai diri ku. Sungguh aku tak dewasa jika bersikap seperti itu. Dan pada akhirnya aku memutuskan untuk tetap menghadapi mu. Bersikap sewajarnya, berbicara seperlunya. Aku tak ingin agresif dan berlebihan menunjukkan rindu yang sudah lama bersembunyi dibalik dinding hati ku. Aku harus tetap menghadapinya, meskipun harus insomnia dimalam hari karena memori tentang mu yang terus berbaris dipikiran ku.
Aku kemudian menemukan tempat, dimana seharusnya ku letakkan rasa rindu ini ; Kepada Dia yang telah menciptakan hati ku
Ya.. karena semua rindu ini terjadi diluar kontrol ku, maka aku bertekad untuk datang kepada Dia yang telah menciptakan hati ku. Aku terbatas memahami setiap gejolak yang muncul dihati ku, hanya Dia yang mampu menjelaskannya dan membuat ku mengerti. Aku sadar, bahwa rasa rindu ini Dia ijinkan terjadi agar aku datang pada-Nya, melibatkan Dia dalam urusan hati. Selama ini aku berjuang sendiri menyingkirkan rasa rindu yang enggan untuk pergi. Alhasil, aku menjadi mudah gelisah dan khawatir. Padahal aku memiliki Dia, yang lebih tahu tentang kedalaman hati ku. Bukan saja hati ku, tetapi juga hati dia yang selama ini kurindukan. Kepada Dia yang telah menyatukan banyak pasang hati, ku letakkan rasa rindu ini, dan aku menemukan kedamaian dalam kehangatan tangan-Nya..
Aku, seorang perempuan yang hanya bisa merindu dalam diam
Pada akhirnya, aku mengerti bahwa merindu dalam diam harus melibatkan Sang Cinta. Dengan demikian, aku memiliki cara pandang yang baru dalam mengelola rindu itu. Merindu dalam diam, kini membuat hati ku lebih dewasa. Aku mengerti bahwa suatu komitmen seumur hidup tidak dapat dibangun hanya karena perasaan rindu yang menggebu-gebu. Merindu dalam diam mengajari ku arti kesabaran. Bahwa cinta itu sabar, cinta itu mau menunggu. Merindu dalam diam menolong ku untuk sabar menunggu seraya terus membenahi diri. Adakah karakter-karakter tertentu yang perlu ku perbaiki?
Merindu dalam diam adalah meletakkan hasrat rindu itu kepada Dia yang telah menciptakan hati mu. Entah rindu itu sampai atau tidak sampai kepada orang yang kau mau, Dia tetap akan memegang tangan mu dan membawa rasa rindu mu itu kepada orang yang tepat.
0 Response to " Aku, Seorang Perempuan yang Hanya Bisa Merindu Dalam Diam "
Posting Komentar