Surat Terbuka untuk Kekasih Baru Mantan Pacarku

Untukmu yang dicintai oleh seseorang yang pernah ku cintai,
Jangan takut, aku tidak pernah bermaksud mengusikmu. Aku hanya teringat pada dia yang pernah menjadi sahabat terbaik sekaligus poros dari duniaku. Lama tak mendengar darinya, aku berharap dia –dan kau− baik-baik saja sekarang.
Perpisahan kami adalah sebuah bab yang teramat pahit dalam hidupku, namun dari bab yang sama aku belajar banyak hal. Aku lebih mengenal diriku, apa saja kekuranganku dan mengapa kami berpisah meski saling mencinta. Ia laki-laki yang baik, dan aku berharap kalian lebih beruntung dari kami dulu.
Ia telah mengalami berbagai peristiwa sulit dalam hidupnya, namun ia tidak pernah penuh dengki. Ia sanggup menjaga keceriaan dan sifat lugu yang kekanakan dalam dirinya, dan menurutku, hal itu patut diapresiasi. Tak banyak orang yang mampu melakukannya.
Ia juga tak pernah ragu untuk membantu sesama. Ia rela meluangkan waktunya untuk mendengar keluh kesah, menyemangati yang putus asa dan mendukung yang merasa sendiri dan tak berdaya di dunia. Ia ada bagiku ketika aku terpuruk, dan aku yakin ia akan memberikan perhatian dan cinta yang tak kurang bagimu.
Terkadang ia juga menjengkelkan. Ia akan sangat protektif padamu dan mengikutimu kemana pun bila ia cemas akan keselamatanmu. Ia akan menjadi sensitif dan mudah marah bila terlalu lelah. Ia juga menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar hingga terkadang lupa untuk sekedar makan dan minum! Dan omong-omong soal makan, akan sulit kalau kau ingin memasak untuknya, karena dia sangat pemilih. Pickiest eater I have ever met.
Namun, aku berharap kau dapat menerima kekurangan-kekurangannya dan mencintai dia apa adanya. Aku berharap kau menikmati selera humornya yang unik, melihat fotonya yang paling kikuk dan tetap yakin dia sosok yang paling menarik bagimu, setia mengingatkannya untuk minum lebih banyak air putih, dan menenangkannya ketika ia bermimpi buruk. Ia lelaki yang kuat, namun ia juga rapuh.
Ia tidak sempurna, namun ia adalah sosok yang akan berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanmu. Jika sekarang kau yakin dia lelaki yang tepat untukmu, tolong jangan pernah menyerah dan berhenti mencintainya. Ia membutuhkanmu.
Dahulu kami gagal karena sama-sama memiliki masalah dan tidak mau berbagi. Kami takut untuk membebani pasangan yang kami cintai. Kami berhenti berbicara dan menjauh. Dahulu, kami menyerah karena takut akan saling menyakiti. Kami membuat kesalahan dan belajar darinya, namun, kami tidak siap untuk hidup berdampingan kembali. Ia bukan milikku lagi dan aku tidak menyesal. Ada hikmah dibalik segala peristiwa.
Kini, ia menemukanmu, dan aku pun memiliki jalanku sendiri. Mungkin kau berbaur dalam hidupnya lebih baik dari padaku. Mungkin kau mampu mencintainya lebih dalam dari aku dulu, dan untuk itu, aku bersyukur atas kehadiranmu dalam hidupnya.
Kini, secara fisik maupun emosi kami berjauhan. Aku tak lagi dalam hidupnya sehingga kau tak perlu takut aku mengganggunya. Aku tak ingin menempati posisi paling spesial dalam hatinya lagi –itu milikmu sekarang, namun aku tak pernah berhenti peduli padanya. Aku tak berbuat apapun dari sini, hanya ingin melihat dan mendoakan yang terbaik bagi kalian berdua.
Tolong bahagiakan dia. Peluk dan cium dia setiap hari, gendeng tangannya ketika kalian berjalan bersama, dengarkan keluh kesahnya, habiskan waktumu untuk mengenal keluarga dan teman-teman terdekatnya, dan hargai hadiah-hadiah kecil yang ia berikan padamu. Seringkali, hadiah-hadiah itu tidak mahal maupun sempurna, namun ia membuatnya sendiri dengan penuh kesungguhan.
Biarkan dia menunjukan padamu betapa ia mencintaimu. Biarkan ia menjagamu, memasakan menu yang spesial bagimu, menghapus air matamu ketika kau bersedih dan memuji bagian tubuhmu yang mungkin kau benci. Ya, aku serius dengan semua ini. Ia adalah seseorang yang mampu menerima kekurangan, dan melihat yang terbaik dari dirimu.
Aku berharap kau melakukan yang sama baginya.
Salam hangat,
Seseorang dari masa lalu kekasihmu

0 Response to " Surat Terbuka untuk Kekasih Baru Mantan Pacarku "

Posting Komentar