Tahapan Mengajarkan Al-Quran pada Anak-anak Sesuai Cara Nabi


Selama ini mungkin kita berpendapat bahwa mengajarkan Al-Qur’an pada anak-anak itu cukup dengan mengirim mereka ke TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) saat mereka kecil, lalu menyekolahkan mereka di pesantren saat mereka besar. Tapi tahukah Sahabat Ummi, ternyata mengajarkan Al-Qur’an itu ada tahapannya, lho! Dan tahapan ini diperkenalkan langsung oleh Allah lewat Al-Qur’an. 
Ide awal tahapan ini muncul dari Nabi Ibrahim a.s yang berdoa: "Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu, dan mengajarkan kitab dan hikmah kepada mereka, dan mensucikan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS Al-Baqarah (2):129)
Lalu Allah, melalui Nabi Muhammad SAW, menunjukan kepada kita bagaimana tahapan itu seharusnya: "Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah, meskipun sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata," (QS Al-Jumu’ah (62):2)
Dari dua ayat di atas, kita bisa melihat bahwa tahapan mengajarkan Al-Qur’an itu ada 3 yaitu:
1.Membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah
2.Mensucikan mereka
3.Mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah
Dulu Nabi Muhammad SAW berdakwah dengan tahap-tahap ini kepada para sahabat, dan hasilnya luar biasa. Al-Qur’an bukan hanya jadi hafalan, tapi jadi amalan sehari-hari. Keimanan mereka pada Allah mengakar kuat dalam jiwa, lalu mewujud dalam ketundukan yang menakjubkan pada perintah dan larangan Allah dalam Al-Qur’an.
Kita, para orang tua di akhir zaman ini, sangat merindukan lahirnya anak-anak sekualitas para sahabat Nabi. Maka sudah sepantasnya kita pun meniru tahapan-tahapan ini.
1.Membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah
Tahapan ini bisa dimulai bahkan sejak anak masih dalam kandungan. Kedua orang tua sebaiknya membiasakan diri membaca Al-Qur’an secara rutin. Jika mengerti bahasa Arab itu lebih baik, jika belum bisa sebaiknya membaca terjemahannya juga.
Tak ada persyaratan orang tua tersebut harus mengerti tafsir atau lulusan pesantren atau bergelas Lc. Membacakan. Hanya membacakan. Semudah itu. Sesederhana itu. Semua orang tua mampu melakukannya. Jika kita rajin membacakan dongeng pengantar tidur pada anak-anak kita, serajin itu pulalah kita harus membacakan ayat-ayat Allah pada mereka.
Bahasa Al-Qur’an terlalu tinggi dan sulit? Allah berfirman sebaliknya : "Dan sungguh telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran." (QS Al-Qomar (54):22)
Bacakan. Teruslah bacakan. Bacakan pada anak-anak. Bacakan untuk diri kita sendiri. Jika anak-anak bertanya, jawablah dengan bahasa sederhana sesuai umur mereka. Gunakan kesempatan itu untuk menanamkan keimanan dalam jiwa mereka. Bacakan, bukan menyuruh mereka membacanya sendiri.
2.Mensucikan hati dan pikiran
Inilah hasilnya jika kita terus membacakan Al-Qur’an bersama arti dan maknanya. Lama-lama, Al-Qur’an akan mensucikan hati dan akal pikiran. Membersihkan apa saja yang masih kotor dalam diri kita dan anak-anak kita: perbuatan yang buruk, karakter yang menyebalkan, emosi yang sulit terkendali, ataupun pikiran yang tak senonoh.
Karena itu sebaiknya kita mulai membacakan Al-Qur’an sedini mungkin dan sesering mungkin.  Saat memilihkan lingkungan tempat tinggal, teman, guru, ataupun sekolah, pilihlah yang juga selalu membacakan ayat-ayat Allah kepada anak-anak kita, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Jangan sampai di rumah kita berusaha mensucikan, namun diluar dikotori kembali.
3.Mengajarkan kitab dan hikmah
Jika hati dan pikiran telah suci, maka ketika anak belajar ilmu agama (kitab), ilmu tersebut akan membuatnya makin menundukan diri kepada Allah. Anak akan mampu mengambil hikmah dari ilmunya dan kelak mampu berdakwah kepada orang lain dengan hikmah tersebut.
Jika seseorang belajar ilmu agama lebih dalam, namun hati dan pikirannya belum suci, sangat besar kemungkinannya dia akan menjadikan ilmu itu sekedar ilmu tanpa amalan, atau bahkan menjadikannya sekedar alat untuk meraih harta dan kedudukan. Hati dan pikiran yang belum suci, juga cenderung membuat seseorang keras hati dan sulit menerima kebenaran, bahkan tak jarang, rawan masuk dalam ajaran yang menyesatkan.
Jadi Sahabat Ummi, marilah kita sering-sering memapar anak-anak kita dengan ayat-ayat Allah. Kita bacakan kepada mereka Al-Qur’an, atau kita ajak mereka membacanya bersama-sama. Usaha kita tersebut, in syaa Allahakan mensucikan hati dan pikiran mereka (dan kita juga). Jika anak kita terlihat siap, kita tambah dengan pendidikan yang  lebih dalam tentang kitab: tafsir Al-Qur’an, ilmu tauhid, ilmu fikih, tazqiyatun-nafs, bahasa arab, dan lain sebagainya. Mudah-mudahan Allah menunjukan kepadanya hikmah dari kitab yang ia pelajari dan mampu berdakwah dengan hikmah tersebut. Dan Allah Maha Mengetahui Yang Sebenarnya.
Referensi:
-Tafseer’s Notes, Surah Al-Jumuah (The Gathering/Friday Prayer), Linguistic Miracle, page 1-6, Nouman Ali Khan, www. bayyinah.tv
-Tafsir Ibnu Katsir, jilid 8, hal 171-174, Pustaka Imam Syafi’i, tahun 2004
Foto ilustrasi: google
Profil Penulis:
Pida Siswanti, ibu dua anak tinggal di Depok. Selain bergiat di Komunitas Ummi Menulis, sehari-harinya juga bergiat mendesain pengalaman yang ingin dipaparkan pada anak-anaknya agar mereka mengenal Tuhannya dengan lebih baik. Pida bisa dihubungi di akun FB pida siswanti.

0 Response to " Tahapan Mengajarkan Al-Quran pada Anak-anak Sesuai Cara Nabi "

Posting Komentar